Skenario tiga babak adalah jenis skenario yang
paling banyak digunakan dalam konstruksi cerita film modern, termasuk
film-film Hollywood juga mengadopsi struktur drama tiga babak yang
dicetus oleh filusuf Aristoteles ini.
Drama yang baik adalah seperti kehidupan kita; yaitu
anak-dewasa-tua dan seperti kehidupaan alam ada pagi-siang-sore/malam.
(Aristoles)
Konstruksi Film Menggunakan Skenario Tiga Babak
Struktur
skenario tiga babak
merupakan satu jenis pola bercerita, yang dipakai untuk menyusun
kontruksi dramatik dalam tiga bagian cerita. Menurut Wells Root dalam
Writing the script cerita yang baik ibarat sebuah sungai yang menyeret
perahu sang protagonist ke arah air terjun. Proses sampainya tokoh utama
ke air terjun atau puncak konflik ini terbagi dalam tiga babak, yaitu
babak pertama yang berisi opening/introducing, babak kedua yang berisi
inti cerita (puncak konflik), dan babak ke tiga yang berisi penyelesaian
masalah yang dihadapi oleh tokoh utama/ending.
Aplikasi Teori Skenario Tiga Babak
Secara teori
teknik menulis skenario tiga babak
tersebut bisa dibagi dengan jumlah scene dan perkiraan durasi
perbabaknya, ini akan lebih memudahkan bagi penulis pemula dalam membuat
skenario . Namun bagi penulis professional mereka tidak terlalu
memikirkan hal ini, kecakapan dan jam terbang dalam menulis membuat hal
ini secara otomatis dilakukan. Secara rinci pembagian cerita dalam tiga
babak ini sebagai berikut:
BABAK I/opening/Introducing
Babak pertama ini kira-kira berdurasi sekitar 10-20 menit pertama. Fungsi dari babak pertama ini diantaranya:
- Memperkenalkan tokoh utama, sehingga penonton mengetahui siapa tokoh protagonist dan antagonis dalam cerita tersebut.
- Memperlihatkan masalah utama yang dihadapi protagonist dan risikonya
jika sang protagonist tidak mampu menghadapi problem tersebut.
- Element terpenting dalam babak pertama ini adanya POIN OF ATTACK
yang digagas oleh William Miller dalam bukunya “Screenwriting for
Narrative Film and Television.” Secara singkat dapat dijelaskan bahwa
POA adalah titik dimana cerita itu bergulir, dari sinilah penonton akan
terseret mengikuti alur cerita tanpa bisa melepaskan diri lagi.
BABAK II atau Tengah
Babak kedua merupakan babak dimana cerita berkembang, problem-problem
yang dihadapi tokoh utama (protgonis) terus ditingkatkan tensinya, yang
membuat tangga dramatik terus menanjak. Hal inilah inti dari film yang
dinikmati penonton. Untuk membuat cerita menjadi lebih menarik
setidaknya ada tiga hal yang perlu dimasukan dalam babak ini:
- Curiosity: rasa penasaran (seperti apakah endingnya nanti?)
- Suspense: ketegangan, ketegangan ini dapat dibangun dengan memasukan unsur-unsur dramatik.
- Surprise: kejutan, sesuatu yang tidak duga oleh penonton.
BABAK III/akhir/ending/
Babak ketiga merupakan bakbak terakhir dari sebuah cerita. Di sinilah
akan diketahui hasil dari perjuangan tokoh dalam menyelesaikan problem
yang dihadapi. Ada beberapa pilihan ending yang bisa digunakan penulis
skenario untuk mengakhiri ceritanya.
Happy Ending, Sad Ending/Unhappy Ending, atau
Open Ended Ending. Dari ketiga jenis ending ini happy ending menjadi pilihan yang paling sering digunakan dalam film.
Happy ending juga merupakan jenis ending yang disukai oleh penonton.
Share this :
0 Komentar
Penulisan markup di komentar